Dari 260 juta penduduk Indonesia, paling tidak per tahun ada dua juta di antaranya yang harus disunat. Meski demikian, saat ini yang disunat menggunakan klem masih sangat sedikit, hanya 20.000 per tahun atau sekitar 1%. Dengan populasi masyarakat Indonesia yang cukup besar, seharusnya angka yang melakukan sunat dengan klem ini jauh lebih besar.
Sirkumsisi tindakan bedah untuk membuang kulup (prepusium penis) yaitu kulit yang
menutupi glans penis.
Yang secara
sehari-hari dikenal dengan sebutan ‘Khitan’ atau ‘Sunat’. Ada yang melakukannya
karena alasan agama, budaya atau juga alasan kesehatan. Apapun yang melatar
belakanginya, dari sudut pandang kesehatan sangat bermanfaat.
Mitos #1: Khitan hanya sekedar adat semata
Faktanya khitan
merupakan salah satu ibadah dalam ajaran islam yang bila diniatkan akan mendapatkan pahala. Selain
secara medis tidak dipungkiri manfaatnya.
Mitos #2: Setelah khitan pertumbuhan anak menjadi lebih cepat
Faktanya pertumbuhan
seorang anak tidak berhubungan langsung dengan khitan. Faktor yang berpengaruh
terhadap pertumbuhan adalah hormon, gizi, dan keturunan. Hanya faktor kebetulan saja kalau misalnya anak setelah dikhitan menjadi
lebih cepat besar. Karena kebanyakan anak dikhitan bersamaan dengan usia masa
pertumbuhan yang cepat yaitu sekitar usia 10-12 tahun
Mitos #3: Tidak boleh makan telur dan daging setelah khitan
Faktanya justru
makanan tersebut mengandug protein tinggi yang berperan penting dalam proses
penyembuhan luka. Manfaat protein adalah untuk membentuk jaringan, pengganti
sel yang rusak, dan berperan sebagai pembangun tubuh.
Mitos #4: Fenomena dikhitan
Jin
Faktanya dalam istilah medis
disebut parafimosis. Parafimosis adalah kelainan bentuk penis yang
terjadi karena preputium yang tertarik ke belakang dan melipat serta menjerat
batang penis sehingga tidak bisa lagi ditarik ke depan yang menyebabkan kepala penis
terlihat seolah-olah seperti telah dikhitan.
Komentar
Posting Komentar